Lepaskan Kami dari Desa Terisolir
Lepaskan Kami Dari Desa Terisolir
Desa balodano adalah salah satu desa yang ada
di pulau Nias. keberadaan desa ini bisa
dikatakan berada di tengah-tengah pulau Nias. Desa ini termasuk bagian
dari kecamatan Ma’u kabupaten Nias. Desa ini
berada di perbatasan tiga
kabupaten yakni, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Induk, dan Kabupaten Nias
Selatan. Jumlah penduduk desa ini berkisar 900-1000 orang atau 200 KK.
Desa
ini sudah sangat tertinggal dalam pembangunan. Keadaannya seperti hutan yang
tak ada penghuninya. Keadaan desa ini sangat memprihatinkan. Bayangkan saja
sampai sekarang listrik negara dan jalan aspal belum menyentuh desa tercinta
ini. Kalau mau ke desa ini harus jalan
kaki melewati jalan dengan jarak 3 KM dari ujung aspal. Selanjutnya, malam hari
desa ini warganya masih menggunakan obor atau lampu yang terbuat dari kaleng
susu sebagai penerang dalam rumahnya. Seperti jaman-jaman baholak kata orang
medan, ya seperti itulah keadaannya sampai sekarang. Kami mau merdeka Pak!!!
Warga
desa ini tidak merasakan makna dari kemerdekaan. Kenapa tidak!!! bukankah
Indonesia sebentar lagi merayakan Hut KemRI yang ke 73. Itu mungkin pertanyaan
saudara untuk saya dengan sedikit kepala menggeleng. Tetapi dalam hati saya
saudara punya keinginan untuk peduli nanti bukan hanya sebatas penasaran sehingga
saya sangat semangat untuk menjawabnya.
Warga
desa ini pekerjaannya hampir semua adalah petani. Adapun hasil komoditinya
adalah karet, cokelat dan tuak suling atau tuo
nifaro. Dalam menjual hasil buminya ke pekan atau harimbale, warga membawanya
dengan kepala. Begitu juga nanti kebutuhan yang telah dibeli dari harimbale. Setiap orang biasanya memikul
30-50 Kg dengan jarak 3 KM. Hal ini
disebabkan karena jalan raya belum sampai. Mirisnya, anak sekolah setiap hari
harus berangkat jam 06.00 Wib dari rumah. Mungkin saudara bisa bayangkan
bagaimana keadaan anak-anak yang berangkat pagi-pagi buta untuk sekolah.
Sarapan tidak sarapan sudah pasti disitu. Embun yang menempel di daun-daun
rumput menambah kedinginan pagi mereka. Tak ketinggalan juga sarang laba-laba
yang telah terpajang di jalan kadang-kadang kita tabrak. Ular juga sesekali
mengagetkan mereka. Ada juga sungai yang mereka lewati. Kadang kalau paginya
banjir mereka tak jadi sekolah dan kalau saat pulang mereka pulang sampai sore
menunggu air sungai surut. Dingin, lapar, takut dan menangis itulah keadaan
mereka disitu.
Selanjutnya,
karena listrik belum terpasang di kampung balodano, semua aktivitas
dilaksanakan dengan tenaga manusia yang ekstra. Alat masak masih menggunakan
kayu, setrika masih menggunakan setrika tempurung. Alat mencincang daun ubi
untuk makanan babi masih menggunakan pisau. Sedihnya lagi anak-anak yang
belajar hanya ditemani oleh cahaya api obor. Saya rasa bisa saudara bayangkan
bagaimana anak-anak belajar saat menghadapi ujian, pasti sangat menderita. Dan ini
tidak begitu detil saya ceitakan atau tidak begitu mengena saya jabarkan karena
lebih dari ini yang kami alami. Bapak/Ibu atau saudara bisa melihat kami
sendiri suatu saat nanti.
Kami
butuh perhatian Pak Presiden, Pak mentri, Pak gubernur, Pak Bupati, Pak DPRD
atau siapapun yang membaca. Kami ingin lepas dari jajahan ini. Kami ingin keadilan dan
kesejahteraan mengalir di desa kami.
Aspirasi seperti ini harusnya lebih cepat ditangani oleh Anggota DPRD Nias Daerah Pemilihan Kecamatan Ma'u, apakah pernah menyampaikan aspirasi/permohonan ke anggota DPRD Daerah Pemilihan tersebut....?? Apa tanggapan mereka....?? karena yang lebih bertanggung jawab dalam hal ini adalah DPRD dan Pemda Nias, dimana kehadiran DPRD dan Pemda Nias untuk membela kepentingan masyarakatnya....?? Saya turut prihatin melihat kondisi ini, namun sayang tidak bisa membantu, saya putra daerah asli Nias Barat, Kec.Lahomi, Desa Lologundre, tinggal di kota Medan. Jadi sedikit bisa memahami seperti apa penderitaan masyarakat di Nias secara umum. Kasihan karena masih tertinggal secara ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan. Pemerintah dan DPRD hadir ketika saat ada maunya (ada udang di balik batu), DPRD hadir saat kampanye saja. Tolonglah Pemda dan DPRD mengerti kondisi saudara-i kita sesama ONO NIHA.....??????
ReplyDeleteTerima Kasih Pak dukungannya, kita berharap aspirasi kita melalui tulisan dan menyentuh dan menggugah hati para Wakil kita, sehingga mereka peduli pada kepentingan rakyat terutama rakyat miskin
DeleteSaran saya kepada Penulis Blog ini, segeralah surati DPRnya untuk diteruskan kepada Pemerintah Kabupaten, selanjutnya ditunggu tanggapan berikutnya mengingat ketersediaan Pagudana untuk Anggaran perencanaan pembangunannya.
ReplyDeleteTerima kasih masukaannya Pak, saya memulai dulu lewat tulisan ini agar semua juga tahu bagaimana realitas kehidupan saudara kita di pelosok-pesolok.
Delete