Contoh Pidato Pada Hari Pangan Sedunia
Pidato Hari Pangan Sedunia
Yayasan Budi Murni 3 Medan
Tahun Pelajaran 2016
Tema : Penguatan Pangan Keluarga Demi Kesejahteraan
Hidup Bersama
Sub Thema : Penguatan Pangan Keluarga
Salam
sejahtera bagi kita semua. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada
saya untuk menyampaikan pidato ini.
Sebelum saya menyampaikan pidato
ini, ada pepatah yang mengatakan “tak kenal maka tak sayang.” oleh karena itu,
ada baiknya saya memperkenalkan diri. Nama saya Theofani, saya duduk di bangku
kelas VIII. Saya adalah perwakilan dari SMP BUDI MURNI-3. Sekali lagi terimalah
salam saya, salam sejahtera bagi kita semua.
Sudah layak dan sepantasnya, kita
mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas nafas kehidupan yang masih
diberi pada kita, atas berkat hari ini, serta karunia-Nya yang masih bisa kita
rasakan, sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam acara lomba pidato
untuk memperingati Hari Pangan Sedunia tahun 2016.
Yang terhormat Bapak/Ibu dewan juri,
yang terhormat panitia penyelenggara acara, yang terhormat Bapak/Ibu guru
pendamping, dan yang saya sayangi serta banggakan teman-teman peserta lomba.
Saya bangga sekali dapat berpidato
di acara HPS tahun ini, dengan tema “Penguatan Pangan Keluarga”.
Saya awali pidato ini dengan kutipan
dari Bung Karno “Soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa.” Yang artinya,
kita bisa hidup jika kita memilki pangan, dan kita akan mati jika kita tidak
memiliki pangan. Sebegitu besarnya dampak dari pangan ini. Yang perlu
dipertanyakan adalah apa sebenarnya pangan itu?
Para hadirin sekalian, pangan dapat
kita artikan yaitu ; segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan oleh manusia. Dengan
singkatnya, pangan adalah makanan dan minuman yang sangat kita butuhkan. Itulah
sebabnya Bung Karno mengatakan soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa.
Bagaimana kita bisa hidup tanpa makan
dan minum? Itu mustahil !!!
Bapak/Ibu guru, serta teman-teman
sekalian, kita tahu dan sadar, bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang kaya
akan sumber daya alam, dan mampu untuk menghidupi masyarakatnya. Betapa
beruntungnya kita tinggal dan hidup di Negara ini. Namun alam yang kaya ini
janganlah kita rusak. Kita harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Pertanyaannya, apakah dengan
kekayaan alam yang melimpah ini masyarakat Indonesia sudah sejahtera? Apakah
setiap keluarga sudah dapat memenuhi pangannya? Tentu jawabannya adalah belum!
Karena masyarakat kita masih banyak yang gelandangan dan busung lapar.
Lalu yang perlu dipertanyakan, apa
permasalahan yang terjadi? Banyak permasalahan yang dialami bangsa Indonesia
yang juga berdampak pada pangan keluarga. Salah satunya adalah
1. Masyarakat
Indonesia sangat tergantung pada beras dan merupakan makanan utama.
2. Terjadinya
perubahan iklim/bencana alam yang mengakibatkan petani gagal panen dan kurangnya
persediaan pangan masyarakat.
3. Produksi
makanan dari bahan-bahan berbahaya seperti : pemakaian formalin, dan zat kimia
lainnya.
4. Dan
yang paling utama adalah kurangnya SDM yang tidak mampu mengolah /memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia.
Dari
permasalahan tersebut, siapakah yang harus bertanggung jawab? Apakah
presiden/pemerintah saja? Apakah yang membutuhkan makanan dan minuman hanya Pak
Jokowi beserta staf-stafnya? TIDAK ! semua orang membutuhkan makanan dan
minuman. Oleh karena itu, semua orang/masyarakat Indonesia yang harus
bertanggung jawab. Begitu juga sama halnya dengan penguatan pangan keluarga
yang bertanggung jawab bukan hanya orang tua tetapi semua keluarga. Sebab
“siapa yang makan daan minu hendaklah ia bekerja keras”.
Lalu dengan permaslahan yang ada,
bagaimana kita agar dapat memenuhi kebutuhan pangan ? khususnya pangan keluarga
?
1. Mulailah
dengan hal sederhana, sebaiknya setiap keluarga memulai mengkonsumsi ubi/gandum
sebagai pengganti beras 2 kali dalam satu minggu. Sehingga dapat mengurangi
pemakaian beras dan ketersediaan beras masih ada.
2. Cobalah
untuk menanam sayur-mayur di lingkungan tempat tinggal. Memanfaatkan lahan yang
ada atau dengan menggunakan pot/polibet. Seperti : sayuran sawi, tomat, cabai,
bawang dan lain-lain. Sehingga dapat memenuhi langsung kebutuhan dalam keluarga
dan tidak bergantung pada petani dan terjamin sehat. Bahkan kami juga sudah
menanam sayur di lingkungan sekolah dengan lahan seadanya, untuk menggerakkan mari menanam sayur kepada
siswa/I, dan agar dapat dipraktekkan di rumah.
3. Saat
Ayah dan Ibu berusaha mencari uang/bekerja, sebaiknya semua aanggota keluarga
belajar hidup hemat dengan : tidak membuang makanan, membeli pangan yang
secukupnya serta mengolah pangan itu sendiri sehingga terjamin aman dari zat-zat
kimia.
4. Makanlah
makanan yang sehat bukan makanan yang cepat saji yang menggunakan pengawet dan
pewarna. Sebaiknya dimasak/diolah sendiri.
Virgina
Woolf beerkata “Seorang tiidak akan bias berpikir dengan benar, mencintai
dengan benar, dan tidur dengan baik jika ia belum makan.” Kutipan tersebut
mengartikan bahwa, makanan dan minuman adalah kebutuhan primer bagi manusia !
maka dari itu, penguatan pangan keluarga merupakan tanggung jawab seluruh
anggota keluarga.
Hadirin sekalian, demikian pidato ini saya
sampaikan. Semoga dari paparan saya, hadirin sekalian mendapatkan informasi
yang sangat bermanfaat dan termotivasi untuk meningkatkan produksi pangan untuk
Negara khususnya di dalam keluarga. Sehingga tercipta keluarga yang sejahtera.
Selamat Hari Pangan Sedunia, Tuhan Yesus
Memberkati.
Post a Comment